Laman
29.1.16
the expression what you feels from your mind and your heart.
Udah lama banget gue nggak ngepost di laman blog Gue ini, dan sekarang post-an kali ini akan disponsori oleh konflik batin yang sedang gue alamin yang gue sendiri pun merasa udah cukup muak dan gatau harus dengan apa mengatasinya, karena honestly, Gue nggak pernah mengalami konflik batin yang kayak gini di kehidupan Gue sebelumnya. Yes, ini berhasil mengaduk-ngaduk hati dan otak Gue, ditambah Gue denger lagu Hello nya, Adele, yang super emosional banget menurut gue lagunya. Biarpun nggak nyambung dengan yang gue rasain, but.. Feel suara nya itu bikin Gue pengen teriak.
I miss everything that I have before i Stay Here.
Gue sangat rindu dengan lingkungan Gue dulu. Mungkin itu hal yang wajar, karena lingkungan itu nggak akan pernah sama dari waktu ke waktu. But, kali ini kerinduan Gue udah bikin Gue bener-bener pengen lari, dan capek.
I said that, bukan berarti Gue nggak suka dengan apa yang ada sekarang. cuma gimana sih namanya keadaan udah beda di usia lo yang bukan remaja lagi, pola pikir makin berkembang, dan yang namanya kehidupan sebenernya itu ada di depan mata perlahan bakal muncul? Ini yang namanya fase dimana lo pengen balik ke jaman kanak-kanak, terbebas dari segala yang namanya masalah, gak bisa adaptasi, dan kerjaan lo cuma ketawa, nangis ngerengek gara-gara gak dibeliin mainan, dan makan terus tidur. semudah itu hidup.
Gue merasa kehidupan makin tua itu makin kejam terutama di fase remaja menuju dewasa. Yang namanya orang munafik, nggak suka sama diri lo, atau iri sama lo itu bakal terlihat secara langsung dan it makes you pain. Jujur aja sih menurut Gue itu pain. Karena itu bikin yang namanya kenyamanan lo buat beradaptasi di kehidupan lo jadi kehalang, bikin males, dan bikin pengen menghindar aja gimana pun caranya.
Terlihat simple emang, cuma lo kangen dengan lingkungan lo dulu, yang emang jauh beda dari sekarang karena lo masih shock dengan real life yang akan semakin lo hadapi. But, it makes me confused and i Just can cry. And no one can solve my problems. Itu terlihat jadi besar dan memuakkan, ketika lingkungan luar pun membuat lo lelah, ditambah dengan The true home lo juga bikin lo pusing dengan segala-segala hal yang harusnya bukan jadi masalah tapi karena suatu keluhan yang lo dengar, dicampur dengan salah satu keluarga lo selalu seperti itu tanpa ada perubahan dari waktu ke waktu, dari yang tadinya Gue gak peduli, jadi bikin Gue mikir dan Gue capek dengerin Keluhan itu.
Karena yang seharusnya jadi hal wajar tapi lama-lama terganggu dan keluhannya makin Gede.
Setiap Gue merasa gue Shock atau konflik batin menghadapi adaptasi lingkungan Gue yang sekarang ini Gue selalu merasa masih baik-baik aja. karena masih ada rumah Gue yang bikin Gue nyaman.
But nggak untuk sekarang.
Gue bingung harus menuju kemana ketika dua hal yang terbesar dalam hidup Gue nggak ada yg bisa bikin Gue nyaman. Emang sih masalah rumah Gue itu bukan sesuatu yang besar, but ini udah kesekian kalinya dan Gue sebagai anak pun jadi mikir Gue pengen menghasilkan sesuatu sendiri, agar nggak semakin terganggu dengan apa yang sudah sering di ganggu.
Even, Gue kerjaannya cuma main, jalan kesana-kesini sering hangout dan lupa waktu, Gue masih mikir, untuk memikirkan keadaan rumah Gue, dengan pikiran-pikiran kedua orang tua Gue yang berbeda dengan Gue sebagai anak yang hidup di jaman canggih dan banyak mau. Tapi lo? kok nggak bisa mikir sih? nggak ada rasa gaenak sama sekali?
Sampai Gue selalu berpikir Gue menyesal dan Gue hanya bisa mupeng ngeliat temen-temen Gue yang sudah berkarier even dia masih kuliah dia bisa menghasilkan, dan dibenak Gue saking gue masih bisa mikir nggak kayak mereka, Gue ingin menghasilkan sesuatu yang emang Gue nggak mau ngerepotin, and with my self i can buy everything and makes them proud of me.
Padahal posisi Gue paling dekat. sangat dekat. Satu nadi. And you?
Akal rasional Gue masih bisa mikir dan pengen memberontak, tapi Gue bisa apa, masih ingusan, dan pola pikir Gue yang selalu nggak enakan. Yaudah ditelen aja.
Dan itu semua berhasil bikin Gue mikir, sampe saking Gue mikirnya, Gue cuma diam.
dan kesadaran yang lain yang baru Gue sadari, Bahwa sebagai anak or sebagai diri sendiri, Lo semakin gede itu harus bisa menghasilkan untuk kebahagiaan lo sendiri. Thats the other real life.
Nggak bisa yang namanya hanya cuma merengek, memanfaatkan yang ada tanpa adanya usaha. Hellaw, karena ketika fase dewasa bener-bener dateng ketika lo ingin sesuatu dan lo hanya bisa merengek mereka gak akan dateng malah adanya lo dimakan oleh rengekan itu, dan tertinggal jauh oleh mereka yang bisa tertawa bahagia dengan apa yang mereka punya yang dihasilkan sendiri.
Dari waktu ke waktu Gue semakin mikir, bahwa setiap anak itu akan ada waktunya mereka memberontak. Bukan, bukan untuk melawan apalagi durhaka, hanya saja untuk menyalurkan apa yang mereka rasakan agar di dengar. Agar mereka pun bisa ngerti, dan sang anak pun bisa merasa bahwa kemauan dan suaranya di dengar oleh mereka.
Mungkin sehabis ini, yang Gue lakukan adalah semakin menguatkan diri Gue bahwa konflik dengan lingkungan sendiri yang emang lo nggak punya masalah apapun itu adalah hal yang wajar because of culture shock, dan pilihannya dua, lo mau dimakan oleh lingkungan lo atau lo yang makan lingkungan lo.
so I choose the second option, which mean, seadaadanya Gue merasa perang batin dengan lingkungan yang keras, i just can smile to the other, mulai terbiasa, dan makin mengkokohkan mental Gue. (Yakali udah osis empat tahun, Gue masih gabisa kuatin mental adaptasi di luar.) Poor I am
And i will start from now.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
speak up your mind